Penulis: Bai Tao
Sebelum menjelajahi Surah 2: 2-16, pertama-tama kita harus memahami bagaimana orang dijelaskan dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran, pada dasarnya orang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu beriman (مؤمنين), kafir (الكافرين) dan munafik (المنافقين). Surah 2: 2-5 mengacu pada orang-orang beriman, Surah 2: 6-7 mengacu pada orang-orang kafir dan Surah 2: 8-14 menunjuk pada orang-orang munafik.
Karakteristik orang-orang percaya/beriman
Allah adalah pusat kehidupan mereka
Allah adalah pusat kehidupan orang-orang percaya, mereka lebih suka menyenangkan Allah daripada memuaskan keinginan egois mereka sendiri. Al-Quran menjelaskan: ‘Dan ada pula orang yang mau mengorbankan diri demi mencari keridaan Allah; ….’ (Surah 2: 207), mereka bersedia untuk mengorbankan nyawa mereka untuk meraih keridaan Allah; ia juga dijelaskan dalam surah lainnya: ‘Tetapi Rasul dan mereka yang beriman bersama dia berjihad dengan harta dan diri mereka; bagi merekalah segala yang baik; dan mereka itulah yang beruntung.’ (Surah 9: 88). Mereka menunjukkan antusiasme yang besar untuk pekerjaan Tuhan dan memberikan harta mereka tanpa ragu-ragu.
Memilih Hari Akhirat dan bukan kehidupan dunia
Selain itu, orang-orang percaya berusaha keras sepanjang hidup ini demi akhirat, mereka tidak bekerja keras untuk mengejar kenikmatan hidup saat ini. Beginilah cara Al-Quran menguraikan tentang orang percaya: ‘…. Dan (dalam hati) mereka yakin akan Hari Akhirat.’ (Surah 2: 4) (catatan 1). Ini adalah karena kehidupan sekarang hanya sementara sedangkan akhirat adalah kekal: ‘….padahal kehidupan dunia hanya sebagian kecil dalam kehidupan akhirat.’ (Surah 13: 26). Kehidupan dunia hanyalah perhiasan sekilas, akhirat kelak adalah kehidupan nyata: ‘Segala sesuatu yang diberikan kepadamu hanyalah sebagai kenikmatan dan perhiasan dalam hidup di dunia ini; tetapi apa yang ada pada Allah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mau memahami?’ (Surah 28: 60)
Pengertian akan wahyu Allah
Kebanyakan orang hanya bisa mengandalkan pancaindra untuk mengetahui adanya suatu hal di sekitar, tapi kita tidak bisa mengalami dunia spiritual seperti surga dan neraka dengan pancaindra. Al-Quran menguraikan bahwa orang percaya dapat melampaui keterbatasan pancaindra dan mendapatkan pengertian akan wahyu Allah: ‘Mereka yang beriman kepada yang gaib,…’ (Surah 2: 3). ‘Gaib’ mengacu pada hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Allah seringkali memungkinkan orang percaya memahami kehendak-Nya lewat wahyu: ‘Itulah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu…..’ (Surah 3: 44) (Catatan: 2). Ia juga ditulis dalam surah lainnya: ‘…….dan memberikan kekuatan dengan suatu pasukan yang tiada kamu lihat…..’ (Surah 9: 40).
Karakteristik orang-orang munafik
Ada satu lagi tipe orang yang sering disebutkan dalam Al-Quran, mereka dipanggil munafik. Orang-orang munafik bukanlah mengacu pada orang-orang yang sengaja berpura-pura; melainkan ia mengacu pada orang-orang percaya yang tidak bisa membayar biaya. Ketika mereka pertama kali percaya, mereka tidak mempertimbangkan dengan teliti biaya percaya pada Allah. Belakangan, ketika mereka diuji, mereka menyusut kembali.
Al-Quran menggambarkan orang-orang munafik sebagai campuran orang beriman dan orang kafir, mereka terombang-ambing antara percaya dan tidak percaya: ‘Mereka terkatung-katung di antara itu, tidak di kelompok sini juga tidak di kelompok sana. ….(Surah 4: 143), dalam rangka untuk mendefinisikan dengan jelas akan identitas mereka, Allah telah khususnya menunjukkan dalam Al-Quran: ‘…..Ketika itu mereka lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan…. ‘ (Surah 3: 167).
Gagal untuk menepati janji kepada Allah
Salah satu karakteristik orang-orang munafik adalah, mereka gagal untuk menepati janji mereka kepada Allah, sering berbicara sembrono. Ketika mereka diuji dan diharuskan membayar harganya, mereka menghindar. Allah menegaskan dalam Al-Quran: ‘Mereka bersumpah demi Allah, bahwa mereka termasuk golonganmu ; mereka bukanlah dari golonganmu. Tetapi dari golongan penakut (untuk memperlihatkan warna yang sebenarnya). Sekiranya mereka mendapat tempat berlindung, atau gua, ataupun tempat persembunyian, pasti mereka langsung ke sana, lari seperti hewan jalang.’ (Surah 9: 56-57) [Catatan 3]. Setiap kali mereka ingin memberikan sedikit lebih banyak kepada Tuhan, mereka merasa ragu-ragu; hal ini dijelaskan dalam Al-Quran: ‘Yang meminta izin kepadamu hanyalah orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hati mereka penuh kesangsian. Dan dalam keraguan itu mereka terombang-ambing. Jika mereka mau berangkat, tentu sudah mengadakan persiapan….’ (Surah 9: 45, 46). Hati mereka penuh dengan kesangsian dan kekafiran. [Catatan 4]
Oleh karena itu, dalam Al-Quran, Allah menegur orang-orang munafik karena mereka mengingkari janji mereka dan berdusta: ‘Maka sebagai akibatnya Ia telah menanamkan sifat kemunafikan dalam hati mereka, sampai pada hari mereka bertemu Dia; karena mereka mengingkari janji kepada Allah dan karena mereka berdusta (berulang kali).’ (Surah 9: 77) [Catatan 5]
Eksternal menyembunyikan kekurangan internal
Selain itu, orang-orang munafik ingin membuktikan iman mereka lewat perilaku eksternal untuk menyembunyikan perselingkuhan mereka terhadap Allah; hal ini dijelaskan dalam Al-Quran: ‘….Bila mereka sudah berdiri hendak mengerjakan salat, mereka berdiri malas-malas; hanya supaya dilihat orang dan hanya sedikit mengingat Allah.’ (Surah 4: 142). Mereka sangat memperhatikan bagaimana orang lain akan menilai mereka, Al-Quran menguraikan: ‘Mereka bersumpah kepadamu, supaya kamu senang kepada mereka. Tetapi kalaupun kamu menyenangi mereka, Allah tidak menyenangi orang yang fasik.’ (Surah 9: 96) [Catatan 6]
Mereka tidak mencintai Allah dengan tulus
Motif kepercayaan dari orang-orang munafik ini bukan karena cinta kepada Allah. Seringkali, ketika melibatkan kepentingan mereka, mereka akan mengungkapkan warna mereka yang sebenarnya. Al-Quran menggambarkan, ‘Di antara mereka ada yang mencelamu mengenai (pembagian) sedekah; jika sebagian diberikan kepada mereka, mereka merasa senang, tetapi jika tidak diberikan, tiba-tiba mereka marah.’ (Surah 9: 58). Mereka memandang uang sebagai amat penting: ‘….dan kalaupun mereka memberi sumbangan, hanyalah dengan terpaksa.’ (Surah 9: 54) [Catatan 7]. Dengan demikian, dalam Al-Quran Allah menegur mereka karena mereka bermuka dua, mulut mereka mengucapkan kepercayaan tetapi hati mereka tidak dapat dipisahkan dari motif duniawi. Al-Quran menyebut: ‘Demikianlah sebab mereka sudah beriman, kemudian ingkar: maka [hati] jantung mereka dipateri; kerenanya mereka tidak mengerti.’ (Surah 63: 3) [Catatan 8]
Kemunafikan adalah tindakan menipu diri sendiri, lebih berbahaya daripada kekafiran karena orang-orang munafik sering berpikir bahwa mereka adalah orang beriman, memikirkan bahwa Allah tidak menyadari hal ini. Padahal, di mata Allah mereka tidak berbeda dari orang-orang kafir. Al-Quran menekankan, ‘Mereka menipu Allah dan orang beriman, tetapi mereka hanya menipu diri sendiri, dan tidak mereka sadari!’ (Surah 2: 9).
Peringatan Allah kepada orang-orang munafik adalah sangat serius: ‘Kaum munafik berada dalam lembah terbawah dalam neraka…..’ (Surah 4: 145), dan ini tidak ditujukan kepada orang-orang munafik saja, orang-orang percaya juga harus sangat berhati-hati; peringatan dari Al-Quran, ‘Wahai orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian Ahli Kitab, mereka akan mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah beriman!’ (Surah 3: 100) [Catatan 9]. Jika seorang percaya tidak dapat berkomitmen kepada Allah secara total, dia dapat berubah menjadi kafir atau menjadi munafik dengan campuran kepercayaan dan ketidakpercayaan.
Untuk dilanjutkan “Kehidupan terbalik (2) <Quran> 2: 2-16” …………..
[Catatan 1] juga terlihat dalam Al-Quran 6: 92, 27: 3, 31: 4 [Catatan 2] juga terlihat dalam Al-Quran 11: 49, 12: 102 [Catatan 3] juga terlihat dalam Al-Quran 33: 13 [Catatan 4] juga terlihat dalam Al-Quran 57: 14, 59: 14 [Catatan 5] juga terlihat dalam Al-Quran 59:11 [Catatan 6] juga terlihat dalam Al-Quran 63: 2-3, 4: 138-139 [Catatan 7] juga terlihat dalam Al-Quran 9:, 67 9: 76, 33: 19 [Catatan 8] juga terlihat dalam Al-Quran 3: 167 [Catatan 9] juga terlihat dalam Al-Quran 2: 109