Penulis: Harris Abdullah
Hari ini saya ingin melihat pada soal kurban. Peristiwa kurban yang sangat penting yang dikisahkan oleh Al-Quran adalah kisah Ibrahim dan putranya yang ditemukan di Surah 37: 100-107.
“Tuhan, karuniakan kepadaku (anak) yang saleh!” Maka Kami sampaikan berita gembira kepadanya tentang anak laki-laki yang siap menderita dan tabah. Kemudian, ketika (anaknya) sudah mencapai (usia) dapat bekerja dengan dia, ia berkata: “Hai anakku! Aku melihat dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu sebagai kurban, maka bagaimana pendapatmu?” (Anaknya) berkata: “Wahai ayahku! laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu ; insya Allah akan kaulihat aku termasuk golongan orang yang sabar dan tabah!” Maka setelah keduanya berserah diri (kepada Allah), dan dia meletakkannya terbaring di atas dahinya (untuk kurban), Kami panggil dia, “Hai Ibrahim!Engkau telah memenuhi apa yang kau lihat dalam mimpi, !” – demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat kebaikan. Sungguh, ini suatu ujian yang nyata – Dan Kami tebus dia dengan kurban yang besar:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Ada begitu banyak komentar standar mengenai pertanyaan tentang siapa adalah anak tersebut dan tentu saja saudara-saudara Muslim kami akan selalu mengatakan bahwa anak yang dimaksud adalah Ismail dan orang-orang Yahudi / Kristen akan mengatakan bahwa itu Ishak. Jadi siapa yang benar? Ketika Anda membaca lebih lanjut ke Surah 37: 112, di sini, kita bisa melihat nama Ishak muncul dan kata yang sama فبشرناه ‘berita baik/gembira’ digunakan dalam Surah 37: 101. Dari ayat ini, maka bisakah kita simpulkan bahwa anak tersebut mengacu pada Ishak yang menggema dengan Alkitab Ibrani (Taurat) dan Alkitab Yunani (Injil)?Jika begitu mudah, lalu kenapa nama itu tidak disebutkan sebelumnya? Oleh karena itu, saudara-saudara Muslim kita akan mengatakan, jika kita melihat anak mana yang dilahirkan lebih awal, seharusnya Ismail yang lahir dari hamba perempuan Ibrahim, Hagar. Namun pertanyaannya tetap, “Kenapa tidak disebutkan nama Ismail atau apa-apa petunjuk yang memberikan signifikansi kronologis”? Mereka yang melakukan pekerjaan eksegetikal yang tepat mengetahui bahwa kita tidak bisa berdebat dari keheningan.
Mari kita dapatkan pertanyaan-pertanyaan dalam urutan: Pertama-tama, kita perlu bertanya, “Jika dua karakter seperti Ismail and Ishak adalah sangat penting dalam seluruh peristiwa kurban ini, mengapa Surah 37: 100ff tidak menyebutkan nama karakter yang sangat penting yang akan dikurbankan? Apakah Allah sengaja mengabaikan orang yang akan dikurbankan seperti beberapa jenis hewan atau benda yang tidak diperlukan? Jika Anda berpikir tentang Allah dengan cara ini, Anda tidak tahu karakter Allah / Yahweh sama sekali dan kemungkinan besar konsep Anda tentang Allah dipengaruhi oleh konsep manusia akan Allah terutama dari konsep Yunani tentang dewa-dewa dan tentu saja ini akan terdengar sangat kejam tidak mengenali orang itu sama sekali. Adalah juga menjadi konyol untuk berpikir bahwa Allah / Yahweh barangkali sudah lupa nama anak itu semasa pengisahan ini. Lalu tiba-tiba di Surah 37: 112 nama Ishak muncul. Itupun, apa yang begitu mewahyukan tentang itu? Taurat sudah menyatakan itu. Maka, dari awal penelitian ini, kita harus sangat terbuka terhadap wahyu ini. Selain pertanyaan di atas tidak menyebutkan nama orang tersebut, jika kita berusaha untuk melihat topik kurban dalam Al-Quran, Anda akan menemukan bahwa tidak banyak yang disebutkan, kenapa demikian? Kita akan kembali kepada ini nanti karena jawabannya sangat jelas dan telah tercantum dalam Al-Qur’an berkali-kali.
Jika Anda telah mengikuti artikel-artikel di sini, Anda akan tahu bagaimana kami memandang Al-Quran dan Kitab-kitab Suci lain yaitu Taurat (Kitab Suci Ibrani) dan Injil (Kitab Suci Yunani). Terdapat sifat yang sangat aneh tentang Kitab-kitab Suci ini.Karakteristik utama Kitab-kitab Suci ini, karena semuanya berasal dari sumber yang sama, adalah bahwa semua wahyu tersembunyi dan diungkapkan hanya kepada mereka yang bertanya dan bertanya dengan bijak. Jika Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, maka Kitab-kitab Suci akan membuka diri tapi jika Anda bertanya pertanyaan-pertanyaan yang salah, Kitab-kitab Suci akan tetap tersembunyi dan apa yang Anda lihat adalah apa yang mata Anda ingin melihat tapi bukan apa yang Allah / Yahweh ingin Anda melihat. Di sini, di Surah 37: 100ffadalah salah satu contoh yang sangat khas dari Al-Quran serta Kitab-kitab Suci lainnya.
Oleh karena itu, mari kita lihat soal-soal ini; mudah-mudahan kita bisa datang ke kebenaran yang mulia:
- Kenapa orang yang akan dikurbankan tidak disebutkan dalam Surah 37: 100-107?
- Apakah kisah di Surah 37: 102 hanya tentang ketundukan penuh Ibrahim dan anaknya terhadap perintah Allah?
- Siapa yang sedang ditebus ( وَفَدَيْنَاهُ) dalam Surah 37: 107?
- Berapa banyak orang yang ditebus menurut Surah 37: 107?
- Dalam seluruh kisah singkat ini, apakah ada sesuatu luar biasa yang Allah / Yahweh lakukan untuk menunjukkan karakter-Nya yang mulia? Apakah ada penyebutan domba atau domba jantan dalam Surah 37: 107?
- Menyusul dari pertanyaan ke-5, mungkinkah kata ‘عَظِيم‘ ‘ azim’ ‘besar / sangat penting’ kata sifat untuk ‘ بِذِبْحٍ’ sembelihan mengungkapkan apa-apa kurang daripada karakter mulia Allah? Jika tidak, maka akan menjadi tidak berarti. Apa sembelihan yang besar ini yang secara tepat bisa dianggap sebanding dengan karakter mulia Allah?
Jika Anda terbiasa dengan komentar Sahih Muslim buku 22 disebut Kitab Al-Adhahi (Kitab Pengorbanan), ia hanya mengasumsikan bahwa anak itu Ismail tanpa memberikan banyak penjelasan tentang bagaimana ia sampai pada kesimpulan itu. Saya menemukan bahwa ini sangat berbahaya untuk menempatkan ke dalam Kitab-kitab Suci ide-ide Anda sendiri yang bahkan tidak mungkin ada terutama dengan cara implikasi. Ia juga tidak peduli untuk menambahkan dalam Surah 37: 108-113 yang menyebut tentang Allah menganugerahkan berita gembira kepada Ibrahim tentang seorang anak bernama Ishak dan janji untuk memberkati Ibrahim dan putranya. Ini mencerminkan semacam ketidakjujuran seolah-olah berusaha untuk menipu orang-orang dari jalan kebenaran. Jika kerja tafsir/eksegetis semacam ini dengan Al-Quran berlanjut di kalangan saudara Muslim kita, apa kredibilitas yang ada bagi orang-orang untuk percaya pada Al-Quran?
Dari pertanyaan 1, kita bisa melihat bahwa seolah-olah Allah / Yahweh tidak peduli tentang nama anak. Jika Anda membaca dengan sebaik-baiknya, seluruh fokus adalah lebih tentang kedalaman tanggapan Ibrahim dalam mengorbankan anaknya seperti yang digambarkan dalam visi. Ini ditegaskan dalam pernyataan yang Allah / Yahweh ucapkan bahwa ini merupakan suatu ujian di Surah 37: 106. Sebelum itu, Allah memuji Ibrahim karena memenuhi visi dalam mimpinya dalam Surah 37: 105. Mengenai reaksi dan tanggapan dari anak itu, ia hanya ditemukan di Surah 37: 102; apakah arti tentang tanggapannya?Ada poin yang penting tapi kami harus tinggalkan itu untuk penelitian selanjutnya karena fokus utama adalah pada Ibrahim seperti ditegaskan oleh ayat-ayat kemudian dari Surah 37: 104-107 sebagai kesimpulan akan ridha Allah terhadap ketaatan dan tanggapan Ibrahim. Apakah ini menabrak sesiapa sebagai suatu wahyu? Ia tidak seberapa suatu wahyu karena semua nabi / orang benar menyerah sepenuhnya kepada kehendak Allah / Yahweh. Ini juga disebutkan dalam Taurat dan Injil. Dari sini kita sampai pada jawaban-jawaban untuk Pertanyaan-pertanyaan 3 dan 4, penyebutan tentang ketundukan Ibrahim dan anaknya bukanlah fokus utama tapi merupakan suatu bagian terungkapnya wahyu yang lebih mendalam setelah kita telah mengerti dengan baik apa yang Surah 37: 107 akan ungkapkan di mana Allah menebus anak itu dengan kurban yang besar/sangat penting. Pada kenyataannya, Anda bahkan tidak melihat ‘anak’ dalam pernyataan ini lagi; ia hanya mengatakan dengan beberapa kata-kata yang penting, “Dan Kami tebus dia dengan kurban yang besar”, seolah-olah Allah / Yahweh mengisyaratkan kepada Anda untuk mengajukan pertanyaan lebih lanjut; apa ini ‘Kurban yang Besar’? Namun, dua perkara yang signifikan bisa diamati di Surah 37: 107:
- Pertama, Allah / Yahweh hanya menyebutkan orang dalam bentuk tunggal ‘tebus dia’. Siapa itu “dia”? Ini tentu saja Ibrahim! Itu menimbulkan pertanyaan, “Kenapa anaknya ditinggalkan?” Apakah ia sengaja ditinggalkan bagi Anda untuk mengajukan pertanyaan lebih mendalam.
- Kedua, karena hanya Ibrahim dikatakan ditebus, “Dan Kami tebus dia (tunggal) …. “dan Allah / Yahweh tidak berkata ” Dan Kami tebus ‘mereka’ (jamak) …. “. Mengapa hanya dia?
Sebelum kami bisa menjawab dua pertanyaan tersebut, kami harus mengatasi satu penafsiran tradisional untuk pertanyaan ke-5 kami, “Apa tindakan yang Allah lakukan untuk Ibrahim yang mencerminkan karakter-Nya yang mulia?” Ini hanya disebut sebagai ‘بِذِبْحٍ عَظِيمٍ’. Jika Anda memeriksa kata tersebut, dengan melakukan penelitian kata yang mudah, Anda bisa menemukan bahwa kata sifat dan kata benda adalah dalam bentuk tunggal dan bukan jamak.Jika Allah ingin menitikberatkan pada banyak kurban, kata ‘ بِذِبْحٍ‘ harus dalam bentuk jamak.Kenapa ini penting? Ia adalah penting agar kita tidak membaca ide-ide kita sendiri yang bahkan tidak ada dalam Kitab-kitab Suci. Mari kita lihat apakah komentar Asad secara akurat mencerminkan ‘kurban yang besar/sangat penting’ ini atau tidak. Berikut ini adalah komentarnya:
Dan Kami tebus dia dengan kurban yang besar, [Julukan azim (“sangat besar” atau “perkasa”) menjadikannya mustahil bahwa kurban ini mengacu pada tidak apa-apa tapi domba jantan yang Ibrahim kemudian jumpai dan sembelih sebagai pengganti Ismail (Kejadian xxii, 13). Menurut pendapat saya, kurban yang dibicarakan di sini adalah yang diulang setiap tahun oleh tak terhitung jumlahnya orang percaya sehubungan dengan ibadah haji ke Mekah (al-hajj), yang dengan sendirinya, memperingati pengalaman Ibrahim dan Ismail dan merupakan salah satu dari “lima rukun “Islam. (Lihat 22: 27-37, serta 2: 196-203)]
Al-Quran dan Kitab-kitab Suci cukup spesifik sifatnya ketika ada pesan penting untuk diberitahu kepada kita terutama dalam kaitannya dengan nubuat. Apa yang Assad telah berkomentar bahwa kurban itu tidak bisa mengacu pada domba jantan yang diberikan kepada Abraham, yang saya setuju, mengapa? Pada dasarnya tidak ada penyebutan seekor domba jantan apapun. Kedua, jika Anda melihat arus cerita yang diberitahu, Anda akan melihat yang menariknya Al-Quran tidak menambahkan atau melanjutkan dengan cerita tentang domba jantan / domba yang diberikan kepada Abraham sebagai pengganti untuk kurban dan yang ia benar-benar mengorbankan binatang itu. Tidak ada apa apa! Harap baca dengan teliti. Sekarang menimbulkan pertanyaan, “Siapakah maka benar-benar melakukan tindakan pengorbanan / penyembelihan dan bukan hanya satu kurban tapi kurban yang sangat penting/besar dalam Surah 37: 107?” Komentar Assad tentang persembahan kurban dilakukan dalam ibadah haji ke Mekah telah menjadi tidak relevan bagi Surah 37: 107 apalagi mengungkapkan wahyu. Mengapa? Karena semua tindakan pengorbanan telah dipraktekkan oleh umat Israel lama sebelum agama Islam muncul. Bangsa Israel akan bahkan mengorbankan lebih domba jantan / anak domba / kambing domba selama hidup mereka ketika mereka memiliki Para imam dan Bait Suci mereka setelah waktu Ibrahim. Maka, ini tidak bisa merefleksikan kurban oleh ibadah haji atau bahkan kurban yang dipersembahkan oleh orang Israel lama dahulu. Sekarang, penerangan pada siapa yang melakukan tindakan satu kurban tunggal ini atau kurban yang sangat penting/besar kini telah menjadi sangat, sangat krusial. Apa yang kita tahu adalah bahwa seluruh kalimat dalam Surah 37: 107 adalah dalam aktif ilahi. Ini berarti bahwa kurban yang besar/sangat penting ini dilakukan oleh Allah / Yahweh sendiri. Kenapa?Hanya karena Allah / Yahweh adalah satu-satunya yang bisa dan mampu memberikan tebusan itu kepada Ibrahim. Karena tidak ada orang yang bisa dan Ibrahim tentu bahkan tidak bisa menebus dirinya sendiri.Bagaimana Allah / Yahweh menyediakan tebusan itu kepada Ibrahim?Allah / Yahweh secara pribadi dengan kehendak/tangan-Nya sendiri melakukan sembelihan kurban yang besar/sangat penting untuk mencerminkan belas kasihan dan rahmat-Nya yang besar kepada Ibrahim.
Sebagai penutup, berapa banyak orang yang telah ditebus? Hanya Ibrahim! Kenapa Ibrahim satu-satunya orang yang ditebus dan tampaknya ia adalah satu-satunya diberikan belas kasih dan rahmat dari Allah / Yahweh dan bahkan anak tersebut tidak disertakan? Kenapa Ibrahim pertama dan terutama perlu diselamatkan / ditebus?
Ini adalah karena Ibrahim merupakan bapa segala bangsa, tiga iman, yaitu Yahudi, Kristen dan Muslim. Oleh karena itu, tidak ada lagi kebutuhan untuk hewan kurban karena Allah / Yahweh telah memberikan rahmat yang besar sekali dan untuk selama-lamanya kepada Ibrahim dan semua keturunannya. Akhirnya pertanyaan penting yang belum terjawab, secara sengaja, siapa atau apa yang merupakan kurban tertinggi yang Allah / Yahweh telah sediakan? Kini, ini sedang diungkapkan kepada mereka yang mencari kebenaran dan tidak menyangkal Ayat atau Tanda-tanda Allah / Yahweh.
_____________________________________________________________________
Catatan:
Semua ayat Al-Quran bersumber dari Teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 Juz oleh Abdullah Yusuf Ali (Terjemahan bahasa Indonesia oleh Ali Audah), dengan ucapan terima kasih.