Bagaimana Al-Quran melihat Nabi Isa?

posted in: Dialog | 0

Sejak lama, identitas dan misi Nabi Isa telah menjadi titik argumen dan misteri dalam dunia Kristen dan Islam. Hari ini, mereka yang mengasihi kebenaran dan merenungkan tentang agama dan sejarah dapat memperhatikan ini. Iman orang Muslim didasarkan pada Al-Quran yaitu kalimat Allah SWT. Maka, menyaring dan meninggalkan konsep tradisional pribadi tentang Al-Quran dan kembali ke arti asli Al-Quran adalah amat penting.


Gambar Nabi
Isa dibentuk atas serat kayu

Bagaimanakah Al- Quran berbicara tentang Nabi Isa? Apa arti Nabi Isa kepada kepercayaan orang-orang Muslim? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menyebabkan kita berpikir dua kali. Berikut ini adalah percakapan dalam bentuk tertulis yang berarti dan layak untuk direnungkan secara mendalam….

Saudara Muslim tersayang:

Salam.

Saya sangat senang mengenali Anda. Namun, waktu adalah terlalu singkat dan kita masih belum saling mengenali secara mendalam dan semoga  Tuhan akan mempersiapkan kita suatu kesempatan untuk bertemu di masa depan. Sama seperti apa yang saya telah mengatakan di sebagian besar pertemuan, sebagai seorang Kristen saya sangat berharap untuk bertemu dengan teman-teman Muslim yang mampu meninggalkan kesempitan dan prasangka agama dan datang bersama-sama dengan tenang untuk mencari hal-hal berkenaan kepercayaan dalam  Allah SWT. Sangat payah  untuk memiliki kesempatan dalam hidup praktis karena terdapat banyak halangan. Namun, saya telah membaca dalam Al-Quran, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang berpikiran terbuka dengan pengalaman yang luas dan tahu bagaimana membedakan antara benar dan salah. Dia mengerti dan berpikir tentang isu-isu dalam masyarakat dan masalah keagamaan pada waktu itu. Di satu sisi, dia mengajar pengikut-pengikutnya,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu)” (Surah 5: 51). Di sisi lain, dia juga mengatakan “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri” (Surah 5: 82). Apa yang terjadi di sini? Sebenarnya, nabi telah datang ke dalam kontak dengan orang-orang Kristen yang berbeda. Selama waktu itu, karena pengaruh politeisme, filsafat Yunani dan Gnostisisme, doktrin teologis Kekristenan (penafsiran konseptual teks ‘Alkitab’) telah menyimpang dari ajaran Nabi Isa dan pengikut-pengikut  awalnya. Imam-imam yang memiliki hak untuk mengajar telah menguasai pendapat publik, ide-ide mereka telah menjadi arus utama teologi. Bagi seorang pengikut umum, sulit untuk membedakan ini. Mereka hanya membebek, mata dan otak otoritas menjadi mata dan otak mereka, mereka tidak berpikir dan tidak tahu bagaimana untuk berpikir karena perasaan pikiran mereka begitu terpengaruh, mereka begitu mabuk dalam konsep dan istilah yang kewenangan tanamkan dalam diri mereka. Namun, jika Anda sudah akrab dengan sejarah terutamanya sejarah Kristen, Anda akan menemukan bahwa penindasan tidak pernah bisa menunda api untuk panggilan kebenaran. Bagi orang-orang jujur yang dijarah dan dideportasi, harapan mereka adalah dalam Allah SWT, mereka tidak menyukai penghargaan dan pujian dari zaman sekarang, mereka hanya ingin menyenangkan Allah SWT.

Tidaklah mudah bagi saya untuk memiliki terobosan kecil dalam iman saya, ini membutuhkan keberanian dan kejujuran dan saya bersyukur kepada Allah SWT untuk ini! Dia mengizinkan saya untuk datang ke dalam kontak dengan beberapa sarjana Kristen yang jujur, berani dan memiliki kerohanian mendalam. Mereka membimbing saya untuk membaca Al-Quran dengan hati yang hormat dan takut dan juga mengatasi hambatan-hambatan sehingga saya dapat mengenali Nabi Muhammad SAW. Terima kasih kepada Allah SWT, dengan membandingkan Al-Quran dengan Alkitab, saya melihat hubungan yang indah antara mereka dan saya dapat membaca kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT dari perspektif baru dan pada saat yang sama memeriksa sumber konsep-konsep saya (dan teman-teman Muslim). Bagi kaum Muslim, bukankah Al-Quran otoritas tertinggi bagi iman mereka?

Secara tradisional, ada pepatah populer: Al-Quran itu diturunkan dan ini menunjukkan bahwa apa pun yang diturunkan oleh Allah SWT sebelumnya ditinggalkan. Apakah dasar dari perspektif ini? Sampai saat ini, tidak ada teman Muslim bisa menunjukkan kepada saya bukti yang kukuh untuk perspektif ini dari Al-Quran. Sebaliknya, saya telah melihat banyak ajaran yang berbeda dalam Al-Quran, misalnya:

Surah 3: 3 Dia menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, Surah 3: 4 sebelum (Al-Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah SWT akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah SWT Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).

Arti dari ayat-ayat ini sangat jelas, apakah kita masih membutuhkan penjelasan tambahan? Dia menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya Bukankah tujuan diturunkan Al-Quran jelas? Tujuan menurunkan Al-Quran adalah untuk meninggalkan Taurat dan Injil atau membenarkan Taurat dan Injil? Arti ‘membenarkan’ (مُصَدِّقاً) di sini adalah ‘mengkonfirmasikan’. Apa arti ‘mengkonfirmasi’? Yang dimaksud dengan ‘mengkonfirmasi’ adalah untuk mengidentifikasi, mengakui, mendirikan dengan lebih tegas, untuk mengkonsolidasikan dan memungkinkan efektivitas. Taurat dan Injil adalah petunjuk untuk umat manusia. “Dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Al-Qur’an)…”, ‘menurunkan’ di sini adalah perbuatan lampau, dapat dipahami bahwa ianya mengacu pada buku-buku yang diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Injil.

Jika Taurat dan Injil yang diturunkan oleh Allah SWT ditinggalkan sebagaimana yang dikatakan orang, apa yang akan menjadi konsekuensi? Apakah ini mempengaruhi keaslian dan otoritas Al-Quran? Al-Quran telah mengutip banyak cerita sejarah dan cerita para nabi. Bagaimana hal ini akan mempengaruhi iman seorang Muslim dan hidupnya? Bukankah itu hanya retorika kosong ketika kita mengatakan dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu …” (Surah 2: 4)? Sepanjang sejarah umat manusia dan wahyu-wahyu, Allah SWT menyatakan diri-Nya dan rencana-Nya untuk keselamatan umat manusia supaya manusia akan mengenal Dia dan membangun hubungan yang nyata dan harmonis dengan Dia. Memotong dari sejarah adalah mengingkari ayat-ayat Allah SWT dan tindakan-Nya. Ini setara dengan menyangkal sejarah suatu negara dan hanya menekankan dan memamerkan peradaban modern. Dalam melakukannya, tidak akan ada akar bagi peradaban modern suatu negara. Bahkan, ini juga menyangkal apa yang disebut sebagai peradaban modern. Itulah sebabnya sebagian besar Muslim berpikiran sempit dalam kepercayaan mereka, paranoid, buta dan angkuh, kaku mematuhi peraturan dan larangan agama yang merupakan sesuatu yang begitu eksternal tetapi tidak tahu bagaimana membangun hubungan yang hidup dengan Allah SWT.

Ada orang yang mengatakan Taurat dan Injil ditinggalkan karena kedua-duanya telah dirusakkan. Tunggu sebentar! Mari kita tinjau pendapat ini. Di manakah dasar untuk ini? Apakah ada bukti dalam Al-Quran yang menunjukkan bahwa Taurat dan Injil telah dirusak? Apakah seluruh Taurat dan Injil telah dirusak atau hanya sebagian dari mereka? Bagian mana yang telah dirusak? Banyak orang memegang pandangan di atas tetapi tidak ada yang bisa keluar dengan bukti. Ya, Al-Quran berulang kali mengatakan

“Janganlah kamu mengatakan : “(Tuhan itu) tiga” (Surah 4: 171). Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah SWT itu ialah Al Masih putera Maryam”. (Surah 5: 17). “Tidak layak bagi Allah SWT mempunyai anak” (Surah 19: 35). Al-Quran mengacu pada perkataan lazim “Trinitas” pada ketika itu, dan definisi ini tidak pernah ditemukan dalam Alkitab. Sebaliknya, baik Taurat dan Injil secara jelas dan konsisten menekankan bahwa Allah SWT (orang-orang Yahudi memanggil-Nya “Yahweh”, merujuk pada Pencipta alam semesta, Allah SWT yang menyelamatkan mereka keluar dari perbudakan di Mesir) adalah satu-satunya Tuhan. Ada banyak ayat-ayat menceritakan tentang hal ini.

Apa yang sebenarnya kita katakan ketika kita mengatakan Taurat dan Injil telah ditinggalkan, kitab-kitab sebelum ini telah dirusak? Apa artinya ini? Mengapa Allah SWT tidak melindungi catatan dari wahyu-Nya kepada para nabi dan catatan mengenai tindakan-Nya selama waktu itu? Apakah kita coba untuk mengatakan bahwa ada orang yang cukup kuat untuk mengubah wahyu-wahyu Allah SWT dan mendistorsi catatan mengenai tindakan Allah SWT dalam sejarah umat manusia? Orang yang mengatakan ini tidak mengerti sama sekali penemuan-penemuan arkeologi besar seperti ‘Gulungan Laut Mati’. Sepanjang waktu, argumen para pengkritik tidak pernah membatalkan otoritas Alkitab. Di sisi lain, itu membuat Alkitab menjadi lebih sahih.

Pada awalnya, ada banyak teman Muslim saya yang menyambut saya setiap kali kami bertemu. Namun, sambutan hangat mereka menjadi dingin secara berangsur-angsur, mereka menunjukkan tangan mereka dan berkata ‘Assalamualaikum’ tetapi mereka menunjukkan pandangan mata yang coba mengelak di mana mereka tidak bisa menyembunyikan kegelisahan mereka. Mereka mengatakan kepada saya kebenaran; pertanyaan-pertanyaan yang saya bangkitkan kepada mereka telah membuat mereka takut, mereka khawatir bahwa kepercayaan mereka mungkin terguncang.

Ketika kita membahas tentang Nabi Isa, saya bertanya kepada mereka, “Siapakah Nabi Isa?”
Menjawab, “Seorang nabi.”

Saya bertanya, “Kalau begitu, Anda tahu apa-apa tentang kehidupan dan ajarannya? Sebagai seorang nabi, apa misi khusus yang Allah SWT telah memberikan kepadanya?”
Menjawab, “Al-Qur’an telah mencakup semua wahyu, dan kita tidak perlu tahu apa-apa yang tidak disebutkan dalam Al-Quran”.

Saya bertanya, “Anda mengatakan bahwa kepercayaan Anda didasarkan pada Al-Quran dan itu adalah otoritas tertinggi. Selain itu, tidak ada buku-buku lain bisa setara dengan Al-Quran?”

Menjawab ,“Ya.”

Saya bertanya, “Lalu, bagaimana Anda menjelaskan <Quran> Surah 3: 55 yang menyuruh kita untuk mengikuti Nabi Isa, Allah SWT berkata Dia akan meninggikan pengikut-pehgikut Nabi Isa di atas orang-orang kafir?”

Surah 3: 55 (Ingatlah), ketika Allah SWT berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”.

Menjawab, “Kami hanya beriman kepada Allah SWT! Kami hanya mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW yang besar.”

Saya bertanya, “Apa pandangan Nabi Muhammad SAW tentang Nabi Isa?”
Menjawab, “Kami tidak tahu dan tidak pernah berpikir tentang masalah ini.”
Saya bertanya, “Bagaimana Al-Quran membahas tentang Nabi Isa?”
Menjawab, “Dia adalah putra Maryam, sama seperti Adam, dia diciptakan oleh Allah SWT.”

Saya berkata, “Ya, dia adalah putra Maryam perawan. <Quran> Surah 3: 59 menekankan bahwa Nabi Isa dan Adam adalah manusia, Allah SWT menciptakan Adam dari tanah, Allah SWT berkata, ‘Jadilah, maka jadilah dia’. Kelahiran Nabi Isa juga karena Allah SWT berfirman. Namun, apakah ada sesuatu yang berbeda antara Nabi Isa dan Adam?”

Menjawab, “Tidak ada perbedaan.”

Saya berkata, “Adam melawan perintah Allah SWT, dia telah berdosa. Tapi Isa tidak pernah berdosa, dia menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Allah SWT dan menyelesaikan misi yang diamanatkan oleh  Allah SWT kepadanya.”

Menjawab, “Ya, Nabi Isa benar-benar tidak berdosa.”

Saya berkata, <Quran> Surah 3: 45  ‘(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah SWT menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah SWT)”. Apakah ada orang lain dalam Al-Quran yang dikatakan telah diberi kehormatan di dunia ini dan di akhirat dan dari orang-orang didekatkan kepada Allah SWT? ”

Menjawab, “Tidak”

Saya berkata, “Menurut penelitian saya, tentu saja saya tidak mengerti Bahasa Arab tetapi berdasarkan terjemahan dari Al-Quran dalam bahasa lain, di antara semua nabi hanya Nabi Isa telah diberikan kemuliaan yang luar biasa tersebut. Apakah Anda memahami arti ‘Al-Masih’? ”

Menjawab, “Tidak”

Saya berkata, “Kata ‘Masih’ berasal dari Bahasa Yunani ‘Christos’, berarti ‘Yang Diurapi’. Hanya raja, imam dan nabi memiliki hak untuk diurapi. Raja, imam dan nabi akan diurapi ketika mereka mulai tanggung jawab mereka. Dalam Bahasa Ibrani dan Bahasa Arab, kata ini, ‘Masih’ berarti ‘penyelamat’ (Penjelasan ini didasarkan pada catatan otoritas, Komentar Yusuf Ali).  ‘Masih’ bukanlah nama keluarga atau nama, tapi gelar dan lencana identitas. Apa artinya bila Nabi Isa disebut sebagai Yesus Kristus atau Isa Al-Masih dalam Al-Quran? ”

Menjawab, “Tidak tahu dan tidak pernah mendengar penjelasan ini.”

Saya berkata, “<Quran> Surah 3: 49 mengatakan bahwa dengan izin Allah SWT, Isa menyembuhkan orang buta dan orang yang berpenyakit sopak, dan menghidupkan orang mati. Tidakkah anda berpikir bahwa Nabi Isa adalah seorang nabi yang sangat spesial di antara semua nabi? ”

Menjawab, “Nabi Muhammad SAW adalah nabi terbesar!”

Saya berkata, “Alasan saya memeriksa Al-Quran bukanlah untuk membandingkan antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad, menemukan mana yang lebih besar tetapi untuk membuat satu poin yang jelas yaitu; bagaimana Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW melihat tentang Nabi Isa. Nabi Muhammad SAW ingin menekankan pada kemutlakan Allah SWT. Tidak ada orang lain harus disembah selain Allah SWT. Ketika dia berkata Nabi Isa adalah putera Maryam, dia tidak bermaksud mendepresiasikan identitas terhormat Nabi Isa. Dari diskusi tentang Nabi Isa, kita dapat melihat bahwa Nabi Muhammad adalah saksi jujur. Ini berkontras dengan dunia Muslim umum  yang takut menghadapi identitas sejati Nabi Isa dan yang mencoba untuk memperkecilkan dia. Pada kenyataannya, memahami identitas sejati Nabi Isa tidak akan mempengaruhi status terhormat Nabi Muhammad SAW di hati umat Islam. Ini karena kedua-dua Nabi Muhammad SAW dan Nabi Isa menuntun orang untuk takut akan Allah SWT dan menyembah Allah SWT. Kedua-duanya memiliki iman yang sama. Dalam <Quran> Surah 3: 50-51, Nabi Isa berkata “Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu’jizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah SWT dan ta’atlah kepadaku. Sesungguhnya Allah SWT, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”.

Menjawab, “Anda adalah Kristen dan Anda berharap bahwa kami menjadi orang Kristen juga, sama seperti Anda?”

Saya berkata, “Dari Quran saya tidak melihat masalah apapun dalam mengikuti Nabi Isa. Ini karena dalam <Quran> Surah 57: 27 “ Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.” Bagaimanakah Nabi Muhammad SAW melihat orang Kristen? Bukankah itu jelas? ”

Menjawab, “Nabi Muhammad SAW ingin kami untuk menjadi Muslim.”

Saya berkata, “Arti Islam adalah untuk tunduk kepada Allah SWT. Apakah orang Kristen tidak percaya kepada Allah SWT, tidak tunduk kepada Allah SWT? Apa perbedaan antara iman orang Muslim dan orang Kristen?

Menjawab, “Anda, orang Kristen mengikuti Nabi Isa dan kami, Muslim hanya mengikuti Nabi Muhammad SAW yang agung.”

Saya bertanya, “Apakah sumber iman bagi Nabi Muhammad SAW?”

Menjawab, “Dari wahyu Allah SWT.”

Saya bertanya, “Tidakkah Anda berpikir bahwa sebelum dan selama proses penerimaan wahyu, Nabi Muhammad SAW telah datang ke dalam kontak dengan orang-orang Yahudi dan berbagai jenis pengikut Nabi Isa? Ketika itulah agama Kristen menyebar paling cepat, itu adalah masa paling populer bagi ‘Trinitas’. Daerah tempat tinggal Nabi Muhammad adalah dasar Kekristenan awal dan banyak cerita yang mengharukan terjadi pada hari-hari itu. ”

Menjawab, “Sumber iman Nabi Muhammad SAW jelas bukan dari manusia melainkan dari wahyu Allah SWT.”

Saya berkata, “Tepat. Maka, pandangannya tentang Nabi Isa juga dari wahyu Allah SWT, kan?”

Menjawab, “Ya.”

Saya berkata, “<Quran> Surah 3: 50 Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu’jizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah SWT dan ta’atlah kepadaku. Surah 3: 51 Sesungguhnya Allah SWT, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. Surah 3: 52 Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah SWT?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah SWT, kami beriman kepada Allah SWT; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Surah 3: 53 Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah SWT)”.Setelah membaca beberapa ayat di atas, tidakkah anda berpikir bahwa Nabi Muhammad SAW yang membantu Nabi Isa dalam usaha Allah SWT? Tidak bisa Anda melihat bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang dihitung dengan mereka yang memberi kesaksian? Apakah Anda melihat sikap dan emosi yang bertentangan dalam Nabi Muhammad SAW terhadap Nabi Isa? ”

Menjawab, “<Quran> Surah 3: 84  Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah SWT dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.” Tapi Anda begitu terpesona dalam membahas tentang Nabi Isa, apakah Anda berusaha meyakinkan kita untuk mengkonversi dari Islam ke Kristen? ”

Saya berkata, “Anda salah! Saya tidak pernah bermaksud menyebabkan umat Islam meninggalkan Islam dan masuk Kristen. Allah SWT dapat menyaksikan ini! Saya tidak tertarik pada agama. Anda tidak harus mengubah agama Anda. Keprihatinan saya adalah bagaimana dapat membangun iman dalam Allah SWT, bagaimana membangun hubungan yang nyata dan dekat dengan Allah SWT, bagaimana membangun kehidupan yang berada di luar lingkup materi, mengatasi dosa dan tanpa kemunafikan. Karena konflik antara agama di masa lalu, setiap kali Nabi Isa dibahas, saudara Muslim akan menghubungkannya dengan sejarah Kristen – negara-negara barat. Oleh karena itu, sulit untuk memahami Nabi Isa yang mulia secara rasional dan sebagai akibatnya, iman dalam hidup kita dan hubungan kita dengan Allah SWT adalah dalam kerugian dan kita tidak menyadari tentang hal itu. ”

Menjawab, “Apa kerugian yang kita ada?”

Saya berkata, “Mari kita baca <Quran> Surah 2: 87 Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? Mengapa Allah SWT memberikan banyak mukjizat kepada Nabi Isa? Mengapakah ‘Roh Kudus’ disebutkan dalam ayat tersebut? Apa itu ‘Roh Kudus’?. Dalam Bahasa Arab, perkataan ‘Ruhul.-Qudus’ berarti roh is bersifat spesifik yaitu ia mengacu pada roh yang kudus. Roh Kudus sangat berkuasa! Roh Kudus membawa ayat-ayat Allah SWT (Surah 16: 102), ia adalah dari Allah SWT. Apa misi Nabi Isa yang membutuhkan Allah SWT turunkan Roh Kudus untuk memperkuatkan dia? (Kata ‘memperkuat’ membawa arti membuat lebih kuat,  membuat lebih teguh). Berdasarkan pada Al-Quran, tidak ada nabi kecuali Nabi Isa diperkuatkan dengan Roh Kudus (Surah 2:87, 2: 253, 5: 110), dan ini merupakan satu poin yang sangat istimewa. Apa pentingnya misi Nabi Isa dan apa pentingnya Injil yang diwahyukan oleh Allah SWT kepadanya untuk ibadah kita kepada Allah SWT? Apa pentingnya ini dalam membangun hubungan kita dengan Allah SWT? Jika Anda memahami hal ini, maka Anda akan tahu bahwa untuk menyangkal Nabi Isa, untuk menghindarinya dan mengabaikannya akan menyebabkan kita kerugian dalam iman kita. ”

Menjawab, “Terus terang, saya tidak memiliki jawaban yang pasti terhadap pertanyaan yang Anda ajukan.”

Saya berkata, “Saya bersyukur kepada Allah SWT bahwa kita bisa melakukan percakapan yang tenang, terbuka dan tulus. Setelah semua, kita sudah memiliki suatu permulaan, semoga Allah SWT menuntun kita ke dalam kebenaran. Selama kontak saya dengan Muslim, saya telah belajar banyak pelajaran berharga terutama pengabdian dan antusiasme dalam ibadah dan membaca Al-Quran. Ini telah meningkatkan penghormatan saya kepada Allah SWT. ”

Menjawab, “Nabi Isa benar-benar orang asing bagiku.”

Saya berkata, “Ada ayat ini dalam Quran yang berbicara tentang Nabi Isa. Pernahkah Anda memperhatikan <Quran> Surah 4: 171 Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah SWT dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Bagaimana kita memahami Nabi Isa sebagai kalimat Allah SWT yang disampaikan Allah SWT kepada Maryam, dan roh dari-Nya? Al-Qur’an tidak pernah menggambarkan nabi lain sedemikian rupa: dia adalah kalimat Allah SWT, roh dari Allah SWT. Pikirkan tentang hal ini serius dan hati-hati, apa arti dari ini, ‘Nabi Isa adalah kalimat Allah SWT, roh dari Allah SWT’? Bagaimana kita memahami hal ini? Apa hal ini menunjukkan kepada kita dan apa artinya ini?”

Menjawab, “Jujur, saya tidak mengerti. Ini adalah misteri Allah SWT. ”

Saya bertanya, “Apakah Anda mengatakan ada sebuah rahasia tentang Nabi Isa?”

Menjawab, “Mungkin.”

Saya berkata, “Semoga Allah SWT memberi Anda keinginan untuk cinta dan untuk mengeksplorasi kebenaran. Semoga Allah SWT memberikan hikmat sehingga Anda akan memahami misteri Nabi Isa. Mereka yang rendah hati dan benar dalam mencari kebenaran, Allah SWT akan mengungkapkan kebenaran kepada mereka. Semoga Allah SWT memberkati Anda! ”

Masih banyak isi penting tentang Nabi Isa yang memerlukan pemikiran dan eksplorasi yang tidak dapat sepenuhnya diekspresikan melalui tulisan. Jika Allah SWT mengizinkan, mungkin Dia memberi kita kesempatan untuk saling bertemu lagi. Topik yang kita bicarakan adalah sangat penting.

Beberapa orang mengatakan, mereka terasa krisis kepercayaan dan iman mereka terguncang ketika berbicara dengan saya. Jadi, mereka takut. Beberapa orang mengatakan setelah berbicara dengan saya, mereka mulai membaca Al-Quran dari perspektif baru, dan hal ini telah membangkitkan gairah mereka dalam membaca Al-Quran. Jadi, iman mereka kepada Allah SWT menjadi lebih kuat. Teman-teman baik, saya harap Anda termasuk dalam kategori ini, saya sangat berharap bahwa Anda akan menjadi seorang Muslim yang baik! Bersikaplah jujur dan berani untuk memperluas pikiran Anda! Jangan mengelak menantang pertanyaan-pertanyaan akut karena mereka adalah terumbu cekung kepada iman kita.

Saya meminta maaf dan meminta koreksi untuk setiap kata-kata yang tidak pantas digunakan dalam surat ini. Semoga Allah SWT mengungkapkan dan memaafkan.

Semoga Allah SWT menghidupkan kembali lebih banyak orang yang mencintai kebenaran dan benar-benar mengikuti-Nya pada hari-hari ini.

Semoga hari penghakiman Allah SWT segera datang.

Dari seorang yang mencari dan mencintai kebenaran.

(Catatan: Semua ayat Al-Quran adalah bersumber dari www.alquran-indonesia.com, dengan ucapan terima kasih)

219 Total Views 2 Views Today