Surah 4: 157 yang disalahpahami (4)

posted in: Penelitian Kitab Suci | 0

Penulis: Harris Abdullah

Surah 4: 157-158 Dan karena perkataan mereka: “Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan Allah” – padahal mereka tidak membunuhnya  dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada mereka. Dan mereka  yang berselisih pendapat selalu dalam keraguan mengenai itu, tanpa didasari suatu pengetahuan selain dengan perkiraan saja, dan yang mereka bunuh tidak meyakinkan. Tetapi Allah telah mengangkatnya ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Apakah Al-Quran bertentangan dengan Injil dalam hal penyaliban Al-Masih atau kematian Al-Masih? Adalah benar-benar menyedihkan untuk melihat perikop ini telah banyak disalahpahami oleh kelompok-kelompok agama yang berbeda yang membentuk kesimpulan mereka sendiri dan biasanya sesuai dengan agenda mereka sendiri. Namun, bagi mereka yang ingin setia kepada kebenaran harus mencari tahu sendiri apakah itu benar-benar Al-Masih sendiri yang telah disalibkan dan mengapa dan musabab membangkitkan Isa sebelum Hari Penghakiman. Mereka yang berkomitmen pada kebenaran Allah S.W.T dan mencari kebenaran pasti akan diberikan pengartian tentang soal penting ini yang bisa memiliki dampak positif terhadap hidup dan pengalaman Anda.

Penafsiran tradisional arus utama selalu mengatakan bahwa Isa Al-Masih tidak disalibkan di kayu salib dan sebaliknya orang lain menggantikan Isa dalam penyaliban dan ini telah banyak dicakupi di fase penelitian sebelumnya. Tujuan utama penafsiran ini pada dasarnya adalah untuk meniadakan gagasan pendamaian yang dipertahankan oleh doktrin-doktrin Kristen. Apakah seseorang percaya atau tidak dalam doktrin penebusan dosa adalah soal  yang terpisah, ironisnya sebagian orang Kristen juga tidak percaya. Pertanyaan yang harus kita ajukan adalah: apakah Surah 4:157 bahkan menyebutkan tentang pendamaian sama sekali? Jika anda melihat secara dekat pada konteks Surah 4:157 – Apakah ia menyebutkan apa-apa tentang pendamaian? Anda mungkin menganggap itu halnya, tapi asumsi yang salah adalah jebakan terbesar dan kekeliruan dari semua deduksi. Sangat jelas bahwa ia tidak menyebutkan apa-apa tentang pendamaian, ini adalah dua hal yang berbeda, tetapi lebih dari itu adalah bahwa bahkan gagasan pendamaian tampaknya tidak relevan dalam konteks ini seolah-olah ia telah disisihkan.

Dalam fase sebelumnya kita melihat bahwa kuasa eksekusi di kayu salib selalu di tangan orang-orang Romawi. Memiliki sentimen yang sedemikian kuat untuk menempatkan Al-Masih di kayu salib, ia menjadi ilusi orang-orang Yahudi sehingga Al-Quran menyatakan ilusi bermegah “Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan  Allah”. Orang-orang Yahudi berhasil menghasut orang-orang Romawi untuk melakukan penyaliban; penyaliban memang terjadi karena orang Yahudi bermegah bahwa mereka membunuh Isa. Namun, kita perlu berusaha keras untuk  menyelidiki lebih lanjut apakah itu Al-Masih sendiri disalibkan. Jadi, adalah sangat penting untuk mempelajari secara rinci kata shubbiha شُبِّهَ diterjemahkan sebagai ‘ditampakkan’ karena banyak orang telah mencoba untuk membaca banyak makna ke dalam kata ini yang menyebabkan banyak kebingungan daripada membawa penerangan.

Dengan demikian, saya akan mengusulkan untuk melakukan penelitian kata pada kata شُبِّهَ diterjemahkan sebagai ‘ditampakkan’ karena ia merupakan cara yang paling konkret untuk menemukan jawabannya. Kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

i)      Bisakahشُبِّهَ  dipahami hanya sebagai substitusi, suatu ilusi?

ii)    Apakah kebesaran Allah S.W.T / Yahweh yang diperlihatkan dalam Surah 4:157-158?

iii)  Apa tujuan Allah S.W.T menunjukkan kebesaran-Nya seperti yang diperlihatkan dalam surah-surah ini?

Berapa kalikah kata  شُبِّهَ ini muncul dalam Al-Quran? Kata yg terdiri dari tiga huruf akar shīn bā hā (ش ب ه) terjadi 12 kali dalam Al-Quran dalam empat bentuk turunan:

  • Sekali sebagai kata kerja bentuk II shubbiha (شُبِّهَ) – diterjemahkan sebagai ‘ditampakkan’ (surah 4: 157).
  • Empat kali sebagai kata kerja bentuk VI tashābaha (تَشَٰبَهَ)  – diterjemahkan sebagai ‘menjadi / tampak / terlihat mirip’ (Surah 2: 118, 13: 16, 2: 70) dan sekali sebagai ‘mutasyabihat’ (Surah 3: 7).
  • Enam kali sebagai partisip aktif bentuk VI mutashābih (مُتَشَٰبِه)  – kebanyakan diterjemahkan sebagai ‘menyerupai / mirip / dalam kemiripan’ dalam bentuk kata benda (Surah 2:25, 6:99, 6:141, 39:23) dan sekali diterjemahkan sebagai ‘alegoris’ dalam bentuk kata sifat (Surah 3: 7).
  • Sekali sebagai partisip aktif bentuk VIII mush’tabih (مُشْتَبِه)– diterjemahkan sebagai ‘menyerupai’ (Surah 6: 99).

**( Mohon diperhatikan bahwa makna dari kata-kata dengan tiga huruf akar shīn bā hā  berasal dari makna asli dari teks Arab dan bukan dari terjemahan  Al-Quran dalam bahasa Indonesia)

Dari sini kita bisa melihat bahwa kata seperti ‘ditampakkan’ sebagai kata kerja (bentuk II) hanya digunakan sekali tapi kata kerja (bentuk VI) digunakan lebih sering dan diterjemahkan sebagai ‘menjadi / tampak / terlihat mirip’. Kata ini lebih dekat dengan kata benda (bentuk VI) sebagai ‘menyerupai / mirip / dalam kemiripan’. Kata ini bisa sepatutnya dipahami  sebagai ‘kemiripan / keserupaan’ dalam bentuk kata benda atau dalam bentuk kata kerja berarti  ‘terlihat mirip’ atau ‘tampak mirip’ tapi bukan’ sama ‘. Disebabkan shubbiha (شُبِّهَ)hanya muncul sekali dalam Al-Quran, kita hanya bisa mendapatkan maknanya dari kata-kata dengan akar kata yang sama. Selain itu, kita akan mendapatkan makna kontekstual dari ayat dan perikop di mana kata tersebut muncul. Dari semua kata yang terdiri dari tiga huruf akar yang sama shīn bā hā, memberikan kita gagasan bahwa kata shubbiha (شُبِّهَ) dapat memiliki arti ‘dibuat agar terlihat mirip / menyerupai / mirip’. Dalam rangka untuk mengkonfirmasi temuan kita, kita melihat pada “A Dictionary and Glossary of the Quran” oleh John Penrice. Kata shubbiha (شُبِّهَ)didefinisikan sebagai ‘dibuat seperti'(to be made like). Kata-kata terkait lainnya seperti shibbun ( شِبْهٌ ) didefinisikan sebagai ‘kemiripan’ (a likeness) dan shabbaha (شَبَّهَ) didefinisikan sebagai ‘untuk mempersamakan’ (to liken). Oleh karena itu, kata shubbiha bisa berarti ‘dibuat seperti /’dibuat mirip’ berdasarkan makna yang dikumpulkan dari semua kata lain dengan tiga huruf akar dan dari kamus.

Pertanyaan yang tepat kita perlu tanyakan adalah: apa yang sebenarnya ‘dibuat seperti’ atau ‘dibuat mirip’? Ini berarti kita harus melihat konteks ayat dan perikop untuk mendapatkan jawabannya. Apakah itu dibuat seperti orang atau dibuat seperti sesuatu yang lain dalam konteks tersebut? Setelah pemeriksaan yang teliti, konteksnya adalah tentang utusan Allah S.W.T yang dibunuh oleh orang-orang utusan sendiri, baik secara langsung maupun lewat hasutan itu tidak terlalu penting. Soalnya adalah bahwa utusan Allah dibunuh. Maka, apa yang ‘dibuat seperti’ / ‘dibuat mirip’? Dalam ayat yang sama di 4: 157, selain berbicara tentang pembunuhan Isa, ia adalah juga tentang menyalibkan Isa. Jadi, jika kita setia pada konteks teks tersebut, makna kontekstual dari bagian ayat harus dibaca sebagai “…. jadi ia dibuat seperti / dibuat mirip Al-Masih disalibkan dan dibunuh kepada mereka“. Kelihatannya seolah-olah mereka telah berhasil membunuh dia. Ini lebih lanjut mengkonfirmasikan apa yang telah dipelajari sebelumnya bahwa penyaliban Isa tidak ada hubungannya dengan substitusi (yang jelas telah dibaca ke dalam perikop tersebut).

Mari kita lihat ayat lain tentang bagaimana kata dengan tiga huruf akar shīn bā hā (ش ب ه)digunakan dalam ayat lain:

Surah 13: 16 Tanyakanlah: “Siapakah Maha Pemelihara langit dan bumi?” Katakan: “Allah.” Tanyakanlah : “Adakah selain Dia yang kamu jadikan pelindung, yang untuk dirinya sendiri tak dapat memberi manfaat dan mudarat?” Tanyakanlah: “Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat? Atau samakah yang gelap dengan yang terang? Ataukah mereka mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya lalu ciptaannya serupa bagi mereka?” Katakanlah: “Allah Maha Pencipta segala sesuatu: Dialah Mahaesa, Mahaperkasa.”

Ciptaan lain yang konon diciptakan oleh sekutu-sekutu Allah dan ciptaan Allah nampak serupa. Ini adalah ciptaan lain yang terlihat seperti ciptaan Allah dan bukanlah ilusi.

Isa ‘ditampakkan’ seperti disalibkan kepada mereka. Dari penelitian di atas, kita melihat bahwa ‘penampakan’ bisa mengambil arti  ‘kemiripan’ atau ‘keserupaan’ meskipun mungkin tidak berarti sama. Kenapa hanya kemiripan atau keserupaan penyaliban? Atau  (شُبِّهَ) sebenarnya menunjuk ke arah kemiripan kematian daripada kayu dan paku? Surah 4: 158 memberikan penjelasan bahwa Allah SWT telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Orang yang benar-benar mati dikatakan mati secara permanen. Perbedaan menakjubkan adalah bahwa kematian Isa Al- Masih tidak seperti kematian orang lain yang permanen; kematiannya itu hanya sementara. Persis  kematiannya bersifat sementara bahwa dia hanya bisa dikatakan tampak / terlihat seperti telah dibunuh, dia hanya mengalami suatu kemiripan kematian. Ini sekarang lebih masuk akal kata-kata Al-Masih Isa sendiri dalam Surah 19: 33.

وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Salam sejahtera bagiku, tatkala aku di lahirkan , tatkala aku mati dan tatkala aku dibangkitkan hidup kembali.

Pernyataan ini menggemakan kata-kata yang sama yang disebutkan tentang Yohanes Pembaptis  (nabi Yahya) di Surah 19:15.

وَسَلاَمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

Salam sejahtera baginya, tatkala ia dilahirkan, tatkala ia mati dan tatkala ia dibangkitkan hidup kembali.

Ini adalah bagian paralel yang digunakan untuk Yohanes Pembaptis karena ia memang dibunuh oleh orang-orangnya sendiri dan meninggal. Ia seperti konfirmasi ganda akan kematian Isa, tetapi satu-satunya perbedaan adalah bahwa kematiannya tidak dalam arti permanen. Bukankah itu berita bagus! Ada banyak utusan / nabi berbicara tentang kebangkitan tetapi siapa yang benar-benar mengalaminya? Dan siapa yang sesungguhnya mengalami kemenangan atas kematian sendiri? Bukankah ini benar-benar luar biasa dari apa yang Allah S.W.T bisa lakukan? Ketika kita melihat seluruh perjalanan hidup Isa Al-Masih dari saat kelahirannya ke titik kematian dan kebangkitan dari kematian, ia dipenuhi dengan tanda-tanda jelas dari Allah kepada seluruh alamin (QS. 2: 87, 2: 253, 3: 49, 23: 50, 61: 6). Semua tanda-tanda ini dimaksudkan untuk menunjuk kepada Allah sendiri yang Maha Besar dan Maha Kuasa dan lewat  kehidupan Isa Al-Masih, Allah S.W.T ingin melakukan sesuatu yang indah bagi umat-Nya yang kita akan mengetahui lebih banyak dalam penelitian selanjutnya.

Kesimpulan:

i)  شُبِّهَ tidak ada hubungannya dengan ilusi atau substitusi tetapi memiliki segala sesuatu yang berkaitan dengan keserupaan atau kemiripan karena ‘dibuat seperti’ / ‘dibuat mirip’ dalam Surah 4: 157. Ini adalah kemiripan penyaliban tetapi lebih khusus menunjuk kepada kemiripan ‘kematian’, yang menyerupai kematian tapi tidak sama dengan dalam arti permanen.

ii) Kebesaran Allah S.W.T. / Yahweh yang ditunjukkan dalam ayat di atas adalah bahwa bagi mereka yang taat dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah, tidak peduli apa keadaan pun, Allah S.W.T berjanji untuk membebaskan mereka dari cengkeraman kematian atau hukuman kekal. Seperti contoh yang ditunjukkan di sini, semua nabi yang tunduk kepada kehendak Allah S.W.T / Yahweh meskipun menghadapi penganiayaan dan ancaman pembunuhan, Allah S.W.T / Allah pasti akan mengangkat mereka ke hadirat-Nya di Hari Kiamat. Jadi kematian hanya bersifat sementara bagi orang-orang seperti para nabi.

iii) Dari sini, adalah sangat jelas dan mudah. Al-Quran ditulis untuk menunjukkan kebesaran Allah dan Dia adalah Allah orang Ibrani, orang-orang Kristen dan Muslim. Allah S.W.T / Yahweh hanya akan mengungkapkan pengartian ke dalam Al-Quran kepada mereka yang mencari kebenaran. Jika Anda sudah memiliki gagasan yang terbentuk sebelumnya dan asumsi, maka Anda akan menghalangi kebenaran dari berbicara kepada Anda yang berarti Anda akan menderita kerugian besar. Teman-teman saya yang terkasih, marilah kita dengan keterbukaan hati membiarkan Allah S.W.T / Yahweh menuntun Anda ke dalam kebenaran. Adalah sangat menarik untuk mengetahui bahwa Allah S.W.T / Yahweh bisa menyelamatkan kita dari kematian melalui kebangkitan. Allah S.W.T / Yahweh sebenarnya telah menunjukkan itu dalam kehidupan Isa Al-Masih. Tak heran nama Isa dalam bahasa Ibrani ‘Yeshua’ berarti ‘Yahweh Menyelamat’.

iv) Jika benar orang mati dibangkitkan pada Hari Kiamat, kenapa Allah SWT mengizinkan Isa Al-Masih untuk dibangkitkan dan diangkat ke hadirat-Nya bahkan sebelum hari perhitungan? Apa yang akan Allah S.W.T ingin capai dengan melakukan hal ini? Jawaban yang menarik adalah bagi mereka yang mencari pengalaman hidup lebih mendalam dan bukannya terikat secara religius.

Saudara-saudara terkasih, bisakah Anda benar-benar mengatakan dengan yakin  dalam hati Anda bahwa pada hari ketika Anda meninggal, Anda akan dibangkitkan untuk hidup? Apakah hidup kepada Anda hanya mirip pertaruhan? Bisakah saya lakukan lebih kebaikan untuk melebihi keburukan? Bagaimana Anda tahu Anda telah melakukan lebih kebaikan daripada keburukan? Jika tampak bahwa Anda berada dalam posisi tidak tahu sama sekali, dalam hal ini Anda berada di ujung yang kalah dan Anda tidak akan tahu kapan Anda terjebak dalam siklus agama Anda sendiri. Apakah hidup macam ini yang Allah S.W.T ingin kita miliki?

________________________________________________________________

Referensi Utama:

  1. Teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 Juz oleh Abdullah Yusuf Ali (Terjemahan bahasa Indonesia oleh Ali Audah), dengan ucapan terima kasih.
  2. http://corpus.quran.com/
150 Total Views 2 Views Today