Author: Harris Abdullah
Surah 4: 157 Dan karena perkataan mereka: “Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan Allah” – padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada mereka. Dan mereka yang berselisih pendapat selalu dalam keraguan mengenai itu, tanpa didasari suatu pengetahuan selain dengan perkiraan saja, dan yang mereka bunuh tidak meyakinkan.
Sebagaimana telah kita lihat dalam penelitian sebelumnya mengenai soal penyaliban Isa, adalah salah menafsirkan firman Allah sesuai dengan ajaran sekte-sekte Kristen terdahulu karenabahayamempertuhankan Isa serta menghujat Allah, menjadikan Allah pendusta.
Pada tahap kedua penelitian ini, saya akan mengusulkan agar kita membaca konteks Surah 4:157 dari Surah 4:153 dan mengajukan beberapa pertanyaan pokok yang penting:
i) Siapakah subyek yang disebut dari Surah 4:153 hingga 4:157?
ii) Apakah subyek disebut di sini menyalibkan / membunuh Isa Al-Masih?
iii) Jika mereka tidak, apakah pihak lain bisa / diizinkan untuk menyalibkan / membunuh Al-Masih?
Konteks perikop dari Surah 4: 153-4: 157 adalah semua berbicara tentang orang Yahudi. Setelah mempelajari Surah 4:153, konteks yang merupakan perihal catatan awal tentang Allah berurusan dengan bangsa pilihan-Nya, orang Yahudi, menyoroti cerita tentang melanggar ikrar dengan Allah dan dengan nabi Allah, Musa; mereka menyangkal iman bahkan setelah bersaksi semua mujizat yang telah terjadi. Namun, sekali lagi dalam sejarah kemudian, orang Yahudi sekali lagi menyangkal iman pada mujizat kelahiran Isa Al-Masih dan menuduh Maryam melakukan dosa yang serius di luar pernikahan. Orang Yahudi pada ketika itu tidak bisa menerima dan menolak mujizat Allah sedemikian rupa sehingga mereka berencana untuk membunuh Al-Masih Isa dengan tangan mereka sendiri, semacam mengulangi sentimen yang sama yang terjadi dalam Surah 4:155, menceritakan sejarah, “…mereka membunuh nabi-nabi dengan tidak semestinya” – menunjukkan bahwa mereka tidak bisa menerima pesan-pesan yang disampaikan kepada mereka oleh utusan-utusan Allah ini. Bukan saja mereka tidak bisa menerima pesan-pesan, mereka tidak bisa taat, mereka hanya tidak mau mendengarkan lagi sehingga ingin membunuh utusan-utusan tersebut. Oleh karena itu, sepanjang sejarah mereka telah berhasil membunuh utusan-utusan ini dengan tangan mereka sendiri.
Saat memeriksa Al-Quran, kita bisa melihat sebanyak 8 kejadian yang berbicara tentang pembunuhan para nabi / rasul Allah (Surah 2: 87, 2: 91, 33: 26, 4: 155; 2: 61, 3: 21 , 3:112, 5:70). Surah 4: 155 mengenai pembunuhan para utusan datang tepat sebelum Surah 4: 157 tentang penyaliban Isa. Dengan demikian, membunuh para nabi dan rasul itu bukan sesuatu yang orang Yahudi tidak pernah lakukan sebelumnya. Dengan latar belakang ini dalam pikiran, ini mencerminkan sentimen yang sama terhadap Al-Masih Isa pada hari itu, mereka secara serius ingin membunuhnya dengan tangan mereka sendiri. Tapi tidak peduli seberapa besar keinginan mereka untuk membunuh Isa, mereka persis tidak bisa melakukannya karena mereka terikat oleh penguasa dan hukum Romawi; pada dasarnya mereka tidak memiliki kuasa untuk melakukannya. Maka, orang-orang yang mampu dan dengan kuasa untuk menghukum mati Isa Al-Masih adalah orang Romawi. Kuasa eksekusi di kayu salib selalu berada di tangan orang Romawi. Mudah-mudahan, Anda bisa melihat sentimen dan emosi yang mendalam orang-orang Yahudi ke titik bahwa mereka pikir mereka telah membunuh Isa. Begitu mendalam emosi mereka hingga menjadi ilusi keinginan mereka sendiri, sedemikian rupa Al-Quran menyatakan ilusi bermegah “Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan Allah”. Orang Yahudi berhasil menghasut orang Romawi untuk menyalibkan Isa; penyaliban memang benar terjadi karena orang-orang Yahudi bermegah bahwa mereka membunuh Isa. Isu yang dipersoalkan adalah apakah Isa Al-Masih adalah benar-benar disalibkan.
Isa ‘ditampakkan’ sebagai disalibkan kepada mereka. Dari penelitian sebelumnya, kita telah melihat bahwa ‘tampak’ bisa berarti ‘kemiripan’ meskipun mungkin tidak berarti sama. Mengapa hanya kemiripan atau rupa kematian? Surah 4: 158 memberikan penjelasan bahwa Allah telah mengangkat Isa. Kita pernah mendengar tentang orang-orang yang telah disertifikasi mati klinis tetapi tiba-tiba terbangun sejenak kemudian dan dalam beberapa kasus, beberapa hari kemudian. Dapatkah Anda mengatakan bahwa mereka mati? Tidak, karena mereka terjaga kemudian. Mereka hanya mengalami pengalaman kematian; mereka mengalami suatu rupa kematian, kematian yang tampak. Demikian juga dalam kasus Isa, kematiannya hanya tampak, ia hanya tampaknya telah meninggal, kematiannya bersifat sementara karena Allah telah mengangkatnya ke hadirat-Nya.
Gagasan kebangkitan bukanlah sesuatu yang baru dalam Al-Quran. Dalam Surah 2 : 259, ada disebutkan “….lalu Allah membuat orang itu mati selama seratus tahun kemudian membangkitkannya kembali.” Jelas, orang itu dibangkitkan oleh Allah. Dalam Surah 30 : 56, ia berbicara tentang hari kiamat . Ayat lain seperti Surah 22 : 7 mengatakan “Dan bahwa hari kiamat pasti datang, tak dapat diragukan, dan Allah akan membangkitkan siapa pun yang dalam kubur.” Sedangkan untuk kasus Isa, tidak ada keraguan bahwa ia telah diangkat atau dibangkitkan dari kematian oleh Allah kepada-Nya. Dengan membangkitkan atau mengangkat Isa kepada-Nya, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Surah 4: 158). Di sini, tidak ada unsur penipuan dibandingkan dengan mereka yang bersikeras bahwa Isa diganti oleh orang lain di kayu salib. Ini menimbulkan pertanyaan yang hanya membutuhkan pikiran sehat untuk menjawab: Apakah Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana ketika Dia membangkitkan Isa dari kematian atau dengan hanya mengganti orang lain untuk Isa di kayu salib (seperti pertunjukan sulap) dan Isa naik kepada Allah dalam tubuh jasmani?
Jika seseorang ingin bersikeras bahwa Isa naik kepada Allah dalam tubuh jasmani, ia harus menjelaskan bagaimana manusia fisik bisa bertahan di dunia rohani di mana semua makhluk rohani seperti malaikat berada. Tubuh jasmani di alam rohani tidak pernah terdengar. Jika Isa dalam tubuh jasmani mampu berada di surga, maka tubuhnya pasti merupakan tubuh yang sangat istimewa. Tidakkah ini akan meninggikan Isa ke tingkat yang lebih tinggi?
Adalah penting untuk memperhatikan bahwa penyaliban adalah hukuman mati dicadangkan untuk kriminal jenis terburuk. Isa dianggap sebagai yang penjahat paling buruk dan disalibkan di antara mereka. Tidak ada mulia tentang kematian melalui penyaliban, apalagi, ketika melibatkan seorang nabi / rasul. Dalam hal ini, apa arti dan tujuan sesungguhnya dari apa yang Allah ingin mengungkapkan dalam Surah 4:157 kepada semua alamin?
Kesimpulannya:
i) Dari uraian di atas, kita bisa melihat bahwa subyek ditangani dari Surah 4:153 dan seterusnya adalah orang-orang Yahudi. Meskipun dengan mujizat yang terjadi pada zaman Nabi Musa, mereka menyangkal tanda-tanda atau mujizat-mujizat Allah, mereka kemudian melanggar ikrar. Para utusan dikirim untuk memperingatkan mereka tapi alih-alih mendengarkan mereka, mereka membunuh utusan-utusan itu.
ii) Dari sejarah kita mulai melihat bahwa itu bukan pertama kalinya mereka membunuh utusan-utusan dengan tangan mereka sendiri. Allah mengutus Al-Masih Isa sebagai tanda bahkan sejak lahir, tapi orang Yahudi menyangkalnya dengan menuduh dan memfitnah Maryam sebagai tidak suci. Kemudian, mereka enggan mendengar Al-Masih Isa yang diutus kepada mereka. Mereka, menjadi memberontak sangat ingin membunuh Al-Masih Isa tapi kali ini tanpa kekuasaan atau wewenang untuk melaksanakannya. Orang-orang Yahudi disangkal kepuasan melakukannya. Mereka hanya bisa menghasut orang Romawi untuk menyalibkan Isa. Selama waktu itu, orang Romawi yang memiliki kekuasaan dan wewenang untuk menyalib siapa pun. Salib pada pokoknya adalah cara orang Romawi untuk menghukum penjahat jenis terburuk.
iii) Dari latar belakang Surah 4:157, ia bermaksud untuk mengatakan bahwa meskipun orang-orang Yahudi begitu inginkan tapi tidak bisa membunuh Al-Masih Isa dengan tangan mereka sendiri, ini tidak berarti bahwa tidak ada kuasa atau wewenang lain yang tidak bisa mengeksekusinya. Orang Romawi bisa dan itulah persis apa yang mereka lakukan; mereka menyalibkan Isa Al-Masih. Begitu mendalam sentimen orang Yahudi ingin melakukannya sendiri sehingga menjadi ilusi seolah-olah mereka yang membunuh Isa. Maka, pernyataan “Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan Allah”, – pada dasarnya menyatakan kenyataan bahwa itu adalah sebuah ilusi keinginan mereka sendiri karena mereka persis tidak memiliki wewenang untuk melaksanakannya sendiri.
Untuk dilanjutkan pada Tahap 3……..
_____________________________________________________________________________________
Catatan: Semua ayat Al-Quran bersumber dari Teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 Juz oleh Abdullah Yusuf Ali (Terjemahan bahasa Indonesia oleh Ali Audah), dengan ucapan terima kasih.