Penulis: Harris Abdullah
- Surah 2: 29-34 (QS 2: 34 Dan ingatlah, Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” mereka pun bersujud; tidak demikian Iblis: Ia menolak dan menyombongkan diri; dan ia termasuk di antara mereka yang tiada beriman)
- Surah 7: 11-18 (QS 7:11 Kamilah yang menciptakan kamu lalu Kami beri kamu bentuk, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!” Mereka pun bersujud, kecuali Iblis, ia menolak bersama mereka yang bersujud.)
- Surah 15: 28-34 (QS 15:34 (Allah) berfirman: “Keluarlah kau dari sini! Sungguh engkau terusir, terkutuk.)
- Surah 17: 61-65 (QS 17: 63 (Allah) berfirman : “Pergilah! Siapa saja dari mereka yang mengikuti engkau, pasti nerakalah balasannya, suatu balasan yang setimpal.)
- Surah 18: 50 Dan ingatlah! Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam.” Mereka sujud, kecuali Iblis. Dia dari golongan jin, karena dia sudah melanggar perintah Tuhannya. Akan kamu ambilkah dia dan keturunannya sebagai pelindung-pelindung dan bukan Aku? Dan mereka itulah musuh kamu! Alangkah jahatnya penggantian orang-orang durhaka.)
- Surah 20: 116-123 (QS 20: 116 Dan ingatlah, Kami telah berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” mereka pun bersujud, tidak demikian Iblis; ia menolak.)
- Surah 38: 71-78 (QS 38: 73-74 Maka para malaikat pun bersujud semua; Kecuali Iblis; ia menyombongkan diri, dan termasuk di antara mereka yang tiada beriman.)
Inilah ayat-ayat yang menunjukkan bagaimana Iblis jatuh. Pada waktunya, saya akan menunjukkan hubungan antara ayat-ayat ini dan apa yang telah kita pelajari di Surah 4:157 tentang pentingnya Al Masih Isa yang diangkat atau dengan kata lain, dibangkitkan untuk hidup. Saya benar-benar berharap Anda akan diberikan hidayah untuk melihat semua koneksi.
Iblis tidak taat kepada Allah SWT dan disebut sebagai orang yang tiada beriman. Jadi, dari sini ada dua perkara yang kita bisa lihat tentang masalah tiada beriman:
- Istilah ini memiliki makna paralel tidak taat kepada Allah S.W.T. Ketika Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam, ia tidak taat kepada perintah Allah S.W.T. Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Iblis hanya tidak menaati satu hal dan ia ditolak oleh Allah S.W.T. Apakah ini tidak menunjukkan bahwa dosa adalah masalah serius di mata Allah S.W.T. karena satu perbuatan ketidaktaatan membuahkan konsekuensi serius? Tidak seperti apa yang kita katakan, kita hanya manusia, adalah normal untuk melakukan dosa dan Allah S.W.T. akan mengampuni ketika kita bertobat, maka dosa hanya masalah relatif seperti yang disebutkan oleh banyak orang percaya tradisional. Anda juga akan berkata itu karena Iblis sangat sombong dan angkuh. Jika hal ini terjadi, maka dosa akan menjadi lebih mutlak karena dengan dosa kesombongan dan keangkuhan ini, Allah S.W.T telah menolak Iblis. Apakah ini yang sebenarnya dimaksudkan dalam Al-Quran? Apakah dosa dianggap sebagai hal yang mutlak? Dari sini kita melihat bahwa masalah ketidaktaatan bukanlah masalah relatif atau bisa dianggap sangat enteng seperti yang diajarkan oleh banyak ajaran tradisional. Ianya dipandang sebagai perkara yang teramat sangat serius. Perkara ini sangat mutlak, jika Anda membaca Al-Quran dengan hati-hati tanpa berusaha untuk meremehkan pesan Kitab Suci.
- Bagaimana kita memahami sifat Allah S.W.T. / Yahweh dalam urusan-Nya dengan Iblis? Ini menunjukkan bahwa Allah S.W.T. / Yahweh selalu berurusan dengan mutlak. Kenapa? Karena Allah S.W.T / Yahweh adalah mutlak. Ketika Allah S.W.T. mengatakan ‘Ya’, artinya ‘Ya’, tidak ada arti relatif terhadap ‘Ya’, bahwa itu mungkin kurang ‘Ya’.
Sebagai akibat dari respon Iblis, ia dibuang dari surga dan akan terus-menerus memimpin umat manusia sesat. Soal ini sangat serius jika Anda memiliki mata untuk melihat apa yang Al-Quran ingin mengungkapkan. Apa yang Al-Quran coba katakan? Seolah-olah umat manusia pada umumnya secara harfiah dikontrol atau dipengaruhi oleh Iblis sebagaimana tercantum dalam Surah 7:17-18; 15:39; 17:62-64; 38:82. Bahwa manusia adalah dalam cengkeraman Iblis. Kita akan membuat studi mendalam mengenai perkara ini di kemudian hari.
Bagaimana Allah S.W.T. menyebut orang-orang yang kafir? Adalah sangat menakutkan untuk melihat apa yang Al-Quran katakan dalam Surah 2:98, 18: 50. Orang-orang kafir adalah musuh Allah S.W.T. Secara singkatnya, mereka yang tidak menaati Allah S.W.T. adalah musuh Allah S.W.T. Apakah ini tidak jelas tertera di sini? Juga dalam Surah 2:161, orang-orang kafir dan mati dalam kekafirannya, mereka itu yang mendapat laknat Allah S.W.T. Apakah ini soal-soal yang tidak mutlak dalam hal ketidaktaatan? Lainnya Surah 2:257 Allah Pelindung mereka yang beriman, mengeluarkan mereka dari jurang kegelapan di dalam cahaya; dan mereka yang ingkar pelindung mereka adalah Setan: mengeluarkan mereka dari cahaya ke dalam jurang kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka; di sana mereka tinggal selama-lamanya (referensi silang: Surah 2: 39). Apakah ini tidak sebanyak mutlak dalam kaitannya dengan dosa dalam Al-Quran? Berarti, baik Anda adalah bagian dari orang-orang percaya atau dari orang-orang tiada beriman (orang kafir). Tidak ada jalan tengah kepada ini.
Kenapa Allah S.W.T. berurusan dengan ketidaktaatan dengan cara yang mutlak sedemikian? Ini adalah karena kita berhadapan dengan Tuhan Mutlak. Tuhan yang mutlak membutuhkan respon yang mutlak. Bukankah ini dinyatakan sangat jelas dalam kesemua Kitab Suci? Jika kita tidak memahami ini, maka kita tidak memahami Kekudusan Allah S.W.T.
Kalau kita melihat situasi yang sama, apakah Allah benar-benar membawa Adam kembali ke Taman meskipun Allah S.W.T. mengasihani ia? Semua ayat-ayat telah menyebutkan bahwa Adam diusir dari Taman dengan satu perbuatan ketidaktaatan, bukankah itu suatu tindakan mutlak Allah S.W.T.? Seolah-olah Tuhan telah mengambil kehidupan berkat dari Adam. Bukankah ini kerugian mutlak? (Ref.: Surah 2:36 Lalu Setan membuat mereka tergelincir dari (taman), dan mengeluarkan mereka dari keadaan mereka (yang bahagia) di sana dan Kami berfirman: “Turunlah kamu, semua (kamu manusia) kamu akan saling bermusuhan. Di bumi ada tempat tinggal bagi kamu dengan segala kesenangan hidup sampai waktu tertentu”). Apakah Al-Quran menyebut bahwa Adam meminta pengampunan? Ia diam, apakah diam berarti ya? Atau, apakah itu sifat manusia untuk merasa malu dan takut untuk menghadapi Allah S.W.T. secara jujur? Seolah-olah Allah S.W.T. / Yahweh tahu tentang hati manusia dan ingin memberikan manusia kesempatan kedua dengan mengeluarkan manusia dari Taman. Itu adalah masa percobaan di bumi. Itu sebenarnya rahmat Allah S.W.T.
Menariknya, jika kita melihat sedikit lebih banyak pada analisis kata ‘orang kafir’ الكافرين , ianya nomina genitif maskulin jamak partisip aktif, misalnya dalam Surah 2:34 yang digunakan dalam kaitannya dengan Iblis bersama-sama dengan orang-orang kafir. Dari analisis kata, kita bisa melihat bahwa Iblis tidak hanya tidak taat pada waktu itu tapi ketidaktaatannya berlanjut hingga saat ini sebagai akibat dari Allah S.W.T. menolaknya. Iblis akan menyesatkan orang-orang terutama orang-orang percaya dan orang percaya pertama adalah tidak lain dari Adam sendiri. Situasi tampaknya cukup rumit dalam adegan surgawi; Iblis percaya satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan disujud, yaitu Allah S.W.T. dan ia telah melihat Allah S.W.T. / Yahweh dalam semua kemuliaan Allah S.W.T. tapi apakah itu menyelamatkan Iblis? Jika kita mencerminkan ini bersama-sama dengan orang-orang beragama yang mengucap dengan mulut mereka bahwa mereka percaya pada satu-satunya Tuhan, Allah S.W.T. tapi dalam hati mereka, mereka memilih untuk menaati apa yang mereka anggap benar, apakah ini menyelamatkan mereka?
Namun, di sini muncul pertanyaan lain yang sangat penting dan krusial – bagaimana Anda menganggap diri Anda sebagai benar-benar milik iman, sebagai orang-orang yang taat / tidak menolak iman? Menurut tradisi, adalah sangat gampang; Anda hanya pergi ke tempat ibadah seminggu sekali, dan melakukan solat di rumah lima kali sehari akan lebih baik. Ianya diukur oleh semua pekerjaan ini. Jangan salah paham, pekerjaan baik adalah sangat penting tapi pekerjaan baik tanpa ketaatan / iman dari hati adalah sesuatu yang lain. Surah 2:264 menyebutkan bahwa melakukan hal-hal yang baik untuk dilihat oleh orang tapi tidak beriman kepada Allah S.W.T. atau hari kemudian adalah orang-orang kafir. Hal serupa disebutkan tentang para pemimpin Yahudi yaitu orang-orang Farisi selama waktu Al Masih Isa (referensi: Injil Matius 6:1-5, 6:16-18 dan kemudian Injil Markus 7:06).
Matius 6:1-5 ¶ “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 2 ¶ Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” 5 ¶ “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Matius 6:16-18 16 ¶ “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Markus 7:6 6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Apakah ini tidak membuat sebagian besar dari kelompok-kelompok agama kita sebagai bersalah seperti mereka? Mereka, orang-orang Farisi, adalah orang-orang hukum, yang cermat mengikuti tradisi mereka dan dengan berbuat demikian, adalah dimaksudkan sebagai manifestasi menaati Allah S.W.T. Bukankah ini apa yang telah diajarkan kepada mereka? Apakah hidup Anda seperti berjudi, mencoba untuk melakukan beberapa tugas keagamaan yang dibutuhkan dan berharap bahwa itu akan melebihi kejahatan / perbuatan buruk yang telah Anda lakukan? Apakah ini yang dimaksudkan oleh Al-Quran atau Kitab-kitab Suci untuk menjadi seorang Muslim sejati?
Bersambung……….
_______________________________________________________________________
Catatan:
- Semua ayat Al-Quran bersumber dari Teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 Juz oleh Abdullah Yusuf Ali (Terjemahan bahasa Indonesia oleh Ali Audah), dengan ucapan terima kasih.
- Semua ayat Injil bersumber dari Terjemahan Baru (Indonesia) (ITB), dengan ucapan terima kasih.